Mengapa Tanah Kavling Pinggir Jalan Raya Menarik untuk Investasi?
tipsproperti.com -Banyak investor properti melihat tanah kavling sebagai aset jangka panjang yang nilainya cenderung terus meningkat. Khususnya, tanah kavling di pinggir jalan raya memiliki daya tarik tersendiri karena lokasinya yang strategis. Jalan raya biasanya menjadi jalur utama yang menghubungkan kawasan bisnis, permukiman, hingga pusat perdagangan. Tidak heran, harga tanah di lokasi ini sering kali naik lebih cepat dibandingkan area yang berada jauh dari akses jalan besar.
![]() |
Strategi Cerdas dalam Investasi Tanah Kavling Pinggir Jalan Raya yang Menguntungkan |
Selain itu, tanah di pinggir jalan raya sangat fleksibel
penggunaannya. Pemilik bisa mengembangkannya menjadi ruko, rumah makan,
minimarket, atau bahkan disewakan untuk keperluan bisnis. Faktor inilah yang
membuat banyak orang mulai melirik investasi
tanah kavling pinggir jalan raya sebagai salah satu instrumen investasi
yang menjanjikan.
Analisis Potensi Kenaikan Nilai Tanah
Kenaikan harga tanah di pinggir jalan raya biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
- Aksesibilitas
yang tinggi – Semakin mudah diakses kendaraan, semakin tinggi pula
nilai jual tanah.
- Pertumbuhan
ekonomi sekitar – Pembangunan pusat bisnis, sekolah, atau rumah sakit
di sekitar jalan raya meningkatkan permintaan tanah.
- Proyek
infrastruktur pemerintah – Jalan baru, pelebaran jalan, atau jalur
transportasi umum akan membuat harga tanah meningkat signifikan.
- Perubahan
tata ruang kota – Jika suatu kawasan ditetapkan sebagai zona
komersial, harga tanah di pinggir jalan otomatis melonjak.
Banyak studi menunjukkan bahwa tanah yang berada di jalur
strategis bisa mengalami kenaikan harga hingga 15–20% per tahun, lebih tinggi
dari tanah di area perumahan biasa.
Pengalaman Nyata dalam Investasi Tanah
Untuk memberikan gambaran lebih konkret, saya ingin berbagi
pengalaman pribadi. Pada tahun 2018, saya membeli tanah kavling di pinggir
jalan utama Kota Malang dengan harga Rp1,2 juta per meter. Saat itu, banyak
orang meragukan prospeknya karena jalan tersebut masih jarang dilalui
kendaraan. Namun, setelah lima tahun, harga tanah di lokasi yang sama melonjak
hingga Rp3,5 juta per meter karena adanya pembangunan jalan tembus dan
bertambahnya pusat kuliner.
Namun, perjalanan investasi ini tidak sepenuhnya mulus. Saya
menghadapi kendala ketika mengurus balik nama sertifikat di BPN yang memakan
waktu hampir enam bulan. Dari sini saya belajar bahwa dalam membeli tanah
kavling, pengecekan keaslian sertifikat dan status hukum tanah menjadi hal yang
sangat penting agar tidak ada masalah di kemudian hari.
Risiko yang Perlu Diwaspadai
Meski peluangnya besar, investasi tanah di pinggir jalan
raya tetap memiliki risiko. Beberapa risiko yang umum terjadi antara lain:
- Sengketa
lahan – Bisa muncul jika sertifikat tanah ganda atau ada klaim dari
pihak lain.
- Pembatasan
tata ruang – Tidak semua tanah pinggir jalan bisa digunakan untuk
bisnis, perlu dicek di RTRW setempat.
- Biaya
pajak dan perawatan – Tanah yang tidak segera dikembangkan tetap
menimbulkan biaya tahunan seperti PBB.
- Kebisingan
dan polusi – Faktor ini bisa menurunkan minat pembeli yang ingin
memanfaatkannya untuk hunian pribadi.
Memahami risiko sejak awal akan membantu investor
mengantisipasi langkah yang lebih bijak.
Strategi Memaksimalkan Keuntungan
Ada beberapa strategi yang bisa diterapkan agar investasi
tanah kavling pinggir jalan lebih optimal:
- Lakukan
survei lokasi langsung
Jangan hanya mengandalkan iklan, tetapi kunjungi lokasi, cek kondisi lingkungan, dan potensi perkembangan ke depan. - Analisis
legalitas tanah
Pastikan sertifikat tanah sah, tidak masuk dalam kawasan sengketa, dan sesuai dengan rencana tata ruang daerah. - Hitung
potensi bisnis
Jika ingin disewakan, analisis jenis usaha yang paling cocok di lokasi tersebut. Misalnya, warung makan lebih cocok di dekat sekolah atau kampus, sementara ruko lebih cocok di kawasan bisnis. - Diversifikasi
investasi
Jangan menaruh seluruh modal pada satu kavling. Kombinasikan dengan investasi lain agar risiko lebih terkontrol. - Perhatikan
momentum penjualan
Harga tanah biasanya naik pesat setelah ada pembangunan infrastruktur baru. Menjual atau menyewakan di momen tepat akan memberikan keuntungan berlipat.
Studi Kasus: Investor di Yogyakarta
Seorang rekan investor membeli tanah kavling seluas 500 m²
di pinggir jalan raya di Sleman, Yogyakarta, pada tahun 2019. Saat itu, harga
tanah sekitar Rp1,8 juta per meter. Dalam waktu empat tahun, harga tanah
tersebut meningkat hingga Rp4 juta per meter karena adanya pembangunan kampus
baru dan jalur transportasi.
Namun, yang membuat investasi ini lebih menarik adalah
strategi pemanfaatannya. Sebelum menjual tanah, ia membangunnya menjadi tiga
unit ruko sederhana dan menyewakannya. Dari sewa saja, modal tanah bisa kembali
dalam waktu kurang dari delapan tahun, belum termasuk potensi keuntungan dari
kenaikan harga jual tanah.
Tips Praktis bagi Investor Pemula
Bagi Anda yang baru ingin mencoba investasi tanah kavling di
pinggir jalan raya, berikut beberapa tips praktis:
- Mulailah
dengan lahan berukuran kecil agar modal tidak terlalu berat.
- Manfaatkan
jasa notaris dan PPAT untuk memastikan legalitas transaksi.
- Cari
informasi tren harga tanah di area tersebut, bisa dari agen properti
maupun portal resmi pemerintah.
- Pertimbangkan
potensi penyewaan selain jual-beli agar aset tetap produktif.
- Ikuti
berita pembangunan daerah untuk mengetahui proyek infrastruktur baru.
Pandangan Jangka Panjang
Investasi tanah kavling di pinggir jalan raya bukanlah
strategi cepat kaya, melainkan permainan jangka panjang. Nilai tanah bisa naik
berlipat dalam 5–10 tahun, tergantung perkembangan wilayah. Oleh karena itu,
investor perlu bersabar dan memiliki visi ke depan.
Selain keuntungan finansial, memiliki tanah di lokasi
strategis juga bisa menjadi warisan berharga untuk generasi berikutnya. Dalam
konteks ekonomi keluarga, tanah adalah aset nyata yang relatif aman dari
inflasi, berbeda dengan investasi berbasis digital atau saham yang cenderung
fluktuatif.