Properti Tari Piring: Fungsi, Makna, dan Sejarahnya
tipsproperti.com - Tari Piring adalah salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Dikenal dengan gerakan cepat, lincah, dan penuh koordinasi, tarian ini memiliki kekhasan tersendiri karena menggunakan piring sebagai alat utama dalam pertunjukannya. Namun, lebih dari sekadar piring, tarian ini melibatkan sejumlah properti dengan makna simbolik dan estetika yang kuat.
Sebagai salah satu tari tradisional yang kerap
dipentaskan dalam acara penyambutan, festival budaya, hingga kompetisi seni
tari, Tari Piring memadukan seni gerak tubuh, musik tradisional, dan
nilai-nilai spiritual yang diwujudkan lewat penggunaannya terhadap properti.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang properti Tari Piring,
fungsinya, serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Daftar Properti yang Digunakan dalam Tari
Piring
1. Piring
Piring adalah ikon utama dalam tarian ini. Biasanya
digunakan sepasang—satu di masing-masing tangan penari. Piring yang digunakan
umumnya berbahan keramik atau melamin yang ringan agar mudah diayunkan dan
dimainkan dalam tempo yang cepat.
- Fungsi: Sebagai alat utama
tari yang digerakkan mengikuti irama musik. Dalam beberapa bagian, piring
juga diketukkan ke tangan atau tubuh untuk menghasilkan suara khas yang
sinkron dengan ritme musik.
- Makna: Melambangkan
ungkapan rasa syukur masyarakat Minang atas hasil panen dan rezeki yang
mereka terima. Piring juga menjadi simbol persembahan kepada leluhur dan
alam.
2. Kain Kodek
Kain kodek merupakan kain panjang yang diikatkan
di bagian pinggang atau dikenakan menjuntai sebagai pelengkap busana penari.
Kain ini biasanya bermotif khas Minangkabau dan berwarna cerah.
- Fungsi: Menambah efek
visual saat penari melakukan gerakan memutar dan melompat.
- Makna: Mewakili nilai
keanggunan, kesopanan, dan keindahan dari busana tradisional wanita
Minangkabau.
3. Selendang
Selendang seringkali disampirkan di bahu penari
atau diikatkan di kepala sebagai hiasan tambahan. Beberapa pertunjukan modern
juga menggunakan selendang dalam koreografi gerakan.
- Fungsi: Sebagai elemen
visual tambahan dan digunakan dalam transisi gerakan tari.
- Makna: Melambangkan
kesucian, kelembutan, dan identitas budaya perempuan Minangkabau.
4. Damar atau Lilin
Pada bagian akhir pertunjukan, beberapa versi
Tari Piring menampilkan aksi di mana penari membawa piring dengan lilin menyala
di atasnya. Bagian ini menjadi klimaks sekaligus penunjuk keterampilan tinggi
penari.
- Fungsi: Memberikan elemen
dramatis dan spiritual. Lilin menyala di atas piring menambah kesan sakral
dan artistik pada pertunjukan.
- Makna: Melambangkan
penerangan batin dan semangat spiritual yang menyala, serta penghormatan
terhadap leluhur.
5. Pakaian Adat Minang
Busana adat yang digunakan dalam Tari Piring
biasanya berupa baju kurung, kain songket, dan tingkuluak (penutup kepala khas
Minangkabau).
- Fungsi: Sebagai identitas
visual dan penguat unsur lokalitas dalam tarian.
- Makna: Melambangkan
kebanggaan budaya dan status sosial dalam masyarakat Minang.
Simbolisme di Balik Penggunaan Properti Tari
Piring
Makna di balik setiap properti dalam Tari Piring
tidak bisa dilepaskan dari filosofi hidup masyarakat Minangkabau yang
menjunjung tinggi adat, alam, dan spiritualitas. Piring, misalnya, tidak hanya
menjadi alat utama tetapi juga menyiratkan nilai syukur, gotong royong, dan
ketelitian.
Gerakan menari sambil memegang piring membutuhkan
keseimbangan dan konsentrasi tinggi, mencerminkan keharmonisan dalam kehidupan
sosial. Lilin menyala yang tetap stabil di atas piring menggambarkan kekuatan
batin serta konsistensi nilai budaya yang dijaga turun-temurun.
Selendang dan kain kodek bukan sekadar penghias,
tapi mewakili martabat perempuan Minang yang dikenal santun, kuat, dan anggun.
Keseluruhan properti yang digunakan dalam tari ini merupakan bentuk komunikasi
non-verbal yang menghubungkan penari dengan penonton, sekaligus menyampaikan
pesan budaya.
Sejarah Penggunaan Properti dalam Tari Piring
Awalnya, Tari Piring merupakan bagian dari ritual
adat masyarakat agraris di Minangkabau. Tarian ini ditarikan untuk
mengungkapkan rasa syukur kepada dewa-dewa atau roh leluhur atas hasil panen
yang melimpah. Dalam upacara tersebut, sesajen yang dihidangkan menggunakan
piring kemudian dijadikan media ekspresi seni oleh masyarakat.
Seiring perkembangan zaman dan masuknya pengaruh
Islam, fungsi ritual ini bertransformasi menjadi pertunjukan seni budaya.
Namun, penggunaan piring sebagai properti utama tetap dipertahankan sebagai
simbol warisan tradisi. Properti-properti lain seperti selendang dan lilin juga
mulai ditambahkan untuk memperkaya koreografi dan nilai simbolis pertunjukan.
Kini, Tari Piring tidak hanya ditampilkan dalam
konteks adat, tetapi juga sering menghiasi panggung pentas seni daerah,
nasional, bahkan internasional. Properti yang digunakan telah disesuaikan agar
lebih ringan dan aman, namun nilai historis dan filosofisnya tetap dijaga.
Penyesuaian Properti dengan Era Modern
Dalam beberapa dekade terakhir, adaptasi modern
pada properti Tari Piring
telah dilakukan untuk mendukung mobilitas dan keamanan penari. Piring yang
digunakan saat ini sering kali dibuat dari bahan yang lebih ringan dan tidak
mudah pecah, seperti melamin, untuk mengurangi risiko cedera saat pementasan.
Di sisi lain, kostum dan kain juga mengalami
variasi desain agar terlihat lebih dinamis dan tetap menonjolkan unsur estetika
tradisional. Koreografi juga disesuaikan dengan panggung modern, tetapi tetap
mengacu pada struktur dasar Tari Piring yang klasik. Semua ini menunjukkan
bahwa warisan budaya dapat hidup berdampingan dengan perubahan zaman tanpa
kehilangan esensinya.
Tanya Jawab Seputar Properti Tari Piring
Q: Apakah jumlah piring yang digunakan harus
selalu dua?
A: Umumnya iya, karena masing-masing tangan penari memegang satu piring. Namun,
beberapa pertunjukan modifikasi bisa menambahkan lebih banyak piring di atas
kepala atau bahkan menggunakan baki.
Q: Kenapa lilin digunakan di atas piring dalam
Tari Piring?
A: Lilin menambah elemen spiritual dan kesulitan teknis. Ini merupakan bagian
dari atraksi puncak yang menunjukkan keterampilan penari dalam menjaga
keseimbangan dan konsentrasi.
Q: Apakah properti lain seperti selendang wajib
digunakan?
A: Tidak semua versi menggunakan selendang, tetapi pada sebagian besar
pementasan modern, selendang ditambahkan untuk memperkaya visual tari dan
menyesuaikan dengan kreativitas koreografer.
Q: Apakah Tari Piring hanya dilakukan oleh
perempuan?
A: Tidak. Meskipun kebanyakan penarinya perempuan, laki-laki juga bisa
menarikan Tari Piring, terutama dalam pertunjukan kolosal atau festival seni.
Artikel ini bertujuan tidak hanya untuk
menjelaskan secara teknis daftar properti dalam Tari Piring, tetapi juga
mengungkap nilai-nilai yang terkandung di balik setiap elemen yang digunakan.
Pemahaman terhadap properti Tari Piring secara
menyeluruh akan membantu kita menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup dan
bermakna lintas generasi.
No comments: