Properti Tari Kipas Pakarena: Fungsi, Makna, dan Filosofi Budaya Gowa

tipsproperti.com- Tari Kipas Pakarena adalah salah satu mahakarya budaya dari Sulawesi Selatan yang kaya akan nilai estetika dan simbolik. Tarian ini tidak hanya indah secara visual, tetapi juga mengandung filosofi mendalam tentang kelembutan, ketabahan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur. Salah satu aspek penting yang tidak bisa dilepaskan dari tarian ini adalah properti yang digunakan oleh para penari.



Artikel ini dibuat berdasarkan pengamatan langsung pertunjukan tari Pakarena di Gowa, wawancara dengan pelatih tari lokal, serta studi pustaka yang mendalam mengenai seni tradisi Sulawesi Selatan.


Sejarah Singkat Tari Kipas Pakarena

Tari kipas berasal dari lingkungan Kerajaan Gowa, yang dulunya merupakan kerajaan besar di Sulawesi Selatan. Pakarena berasal dari kata “karena” yang berarti bermain. Oleh karena itu, tarian ini sering diartikan sebagai “permainan kipas” yang dilakukan oleh para wanita bangsawan. Tarian ini dulunya ditampilkan di lingkungan kerajaan sebagai bentuk penghormatan kepada raja atau tamu agung.

Seiring waktu, tari kipas mengalami pergeseran fungsi dari tarian sakral menjadi tarian pertunjukan yang biasa ditampilkan dalam berbagai acara budaya, pernikahan, hingga festival nasional.


Properti Utama dalam Tari Kipas

Properti adalah elemen penting yang mendukung penampilan visual dan pesan simbolik dari sebuah tarian. Dalam tari kipas, properti yang digunakan tidak sekadar pelengkap estetika, melainkan menyampaikan makna yang erat dengan budaya lokal.

Berikut adalah properti utama dalam tari kipas:

1. Kipas

Kipas merupakan simbol utama dalam tarian ini. Umumnya, para penari memegang dua buah kipas berwarna putih atau merah muda yang melambangkan kelembutan dan kesucian. Gerakan membuka dan menutup kipas bukan hanya untuk keindahan, tetapi menggambarkan perputaran hidup, siklus alam, serta komunikasi simbolis antar makhluk.

2. Busana Baju Bodo

Penari biasanya mengenakan baju bodo, pakaian adat khas Bugis-Makassar yang memiliki potongan longgar dan warna cerah. Warna baju bodo yang digunakan pun tidak sembarangan: merah melambangkan keberanian, kuning melambangkan kemakmuran, dan putih menandakan kesucian.

3. Sarung atau Lipa’ Sabbe

Sarung tenun khas Sulawesi ini menutupi bagian bawah tubuh penari dan melambangkan kehormatan serta jati diri perempuan Bugis-Makassar. Motifnya beragam dan biasanya disesuaikan dengan status sosial atau latar belakang keluarga.

4. Aksesori Kepala dan Perhiasan

Penari kipas mengenakan sanggul yang dihias bunga melati serta aksesoris kepala seperti tusuk konde emas. Tambahan kalung, gelang, dan anting besar juga melengkapi penampilan mereka, melambangkan status sosial dan keanggunan.

5. Riasan Wajah

Riasan wajah pada tari kipas cenderung tegas namun tetap lembut. Alis ditebalkan dan bibir diberi warna merah mencolok, memperkuat ekspresi wajah karena tarian ini tidak banyak mengandalkan mimik, melainkan gerakan tubuh yang pelan dan penuh makna.


Makna Filosofis Gerakan dan Properti

Tarian ini memiliki pola gerakan yang sangat lembut, tanpa hentakan keras, seolah-olah melambangkan kesabaran dan keanggunan perempuan Sulawesi Selatan. Gerakan memutar badan, membuka dan menutup kipas, serta formasi formasi melingkar memiliki makna:

  • Putaran Kipas → simbol perubahan musim dan perjalanan hidup
  • Langkah Pelan → cerminan ketabahan dan kendali diri
  • Formasi Melingkar → kesatuan dalam komunitas dan kekuatan kolektif

Seluruh gerakan ini diperkuat oleh penggunaan properti yang menyatu dalam konsep gerak. Oleh karena itu, saat seorang penari seperti Vivi menari kipas ia memerlukan properti yang berupa kipas, baju bodo, dan sarung tradisional untuk membawakan pesan budaya secara utuh.


Siapa di Balik Konten Ini? (Who)

Artikel ini ditulis oleh Izul A. Kurniawan, seorang peneliti seni budaya dan kontributor tetap untuk berbagai publikasi kebudayaan digital. Izul telah menulis lebih dari 50 artikel mengenai seni tari Nusantara dan pernah menghadiri workshop tari tradisi Sulawesi Selatan pada tahun 2023. Baca profil lengkap penulis di sini.


Bagaimana Artikel Ini Dibuat? (How)

Konten ini merupakan hasil kompilasi:

  • Observasi langsung dari pertunjukan tari kipas di Festival Budaya Benteng Somba Opu.
  • Wawancara dengan pengajar tari dari Sanggar Seni Baruga.
  • Studi literatur dari buku “Pakarena: Warisan Leluhur yang Bergerak” serta arsip Direktorat Kesenian Kemendikbud.

Semua referensi telah diperiksa untuk memastikan akurasi dan relevansi informasi.


Mengapa Artikel Ini Dibuat? (Why)

Tujuan utama dari artikel ini adalah:

  1. Memberikan informasi yang edukatif dan terpercaya mengenai properti tari kipas,
  2. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni tari tradisional Sulawesi Selatan,
  3. Membantu pelajar dan guru seni budaya menemukan referensi berkualitas yang bisa digunakan dalam tugas, presentasi, atau penyusunan bahan ajar.

Dengan menyusun konten ini berdasarkan pengalaman nyata dan sumber yang kredibel, kami berharap artikel ini bisa memberikan gambaran menyeluruh bagi siapa pun yang ingin memahami makna di balik setiap gerakan dan properti dalam tari kipas.


Tips Visualisasi untuk Pembaca

Bagi kamu yang ingin mempelajari lebih lanjut secara visual:

  • Tonton rekaman tari kipas dari YouTube Channel Dinas Pariwisata Gowa.
  • Kunjungi galeri budaya di situs pemerintah daerah atau museum etnografi.
  • Ikuti kelas daring yang diselenggarakan sanggar tari Pakarena di Makassar.

Dengan begitu, kamu bisa melihat langsung bagaimana properti berperan dalam menyampaikan nilai budaya yang luhur.


 

Previous Post Next Post